Jenis- Jenis Makna
Abstrak
Makalah
ini menjelaskan tentang jenis-jenis makna berdasarkan teori dari Mansoer Pateda
dalam bukunya yang berjudul Semantik Leksikal. Pada buku Semantics karangan
Palmer dalam buku Pateda (1986: 53) didapati beberapa jenis makna, yaitu makna
kognitif, makna idesional, makna denotasi, makna denotasi/ denotatif, makna
afektif, makna ekstensi, makna emotif, makna intensi, makna kolokasi, makna
konstruksi, makna luas, makna pusat, makna sempit, dan makna tematis.
1.
Pendahuluan
Menurut Hornby makna adalah apa yang
kita artikan atau apa yang kita maksud. Pendapat lain yang menyimpulkan
pengertian makna adalah Ogden dan Richards. Mereka menyimpulkan makna adalah
suatu perbendaharaan yang intrinsik, hubungan dengan benda-benda yang lain yang
unik, yang tak dapat dianalisis, dan lain sebagainya.
Persoalan makna tidak lantas
berhenti pada apa pengertian makna saja. Namun, banyak hai lain yang juga
termasuk pada kajian Semantik. Salah satunya, Makna dan jenis-jenisnyaa. Jenis
makna dapat dibedakan menjadi 13 pembagian makna. Di antaranya, makna kognitif,
makna idesional. Makna denotative, makna afektif, makna ekstentif, makna
emotif, makna instensi, makna kolokasi, makna kontruksi, makna luas, makna
pusat, makna sempit, dan makna tematis.
2. Pembahasan
Pendapat-pendapat menurut para ahli
sangat banyak mengenai jenis-jenis makna. Pada buku Semantics karangan Palmer
dalam buku Pateda (1986: 53) didapati beberapa jenis makna, yaitu makna
kognitif, makna idesional, makna denotasi, dan makna preposisi. Masih banyak
pendapat-pendapat mengenai jenis makna lain yang akan dijelaskan pada
pembahasan di bawah ini.
2.1 Makna
Kognitif
Pateda (1986: 59) menjelaskan bahwa makna kognitif
adalah makna yang ditunjukan oleh acuannya, makna unsur yang sangat dekat
hubungannya dengan dunia luar bahasa, obyek atau gagasan dan dapat dijelaskan
berdasarkan analisis komponen.
Contohnya /pohon itu tinggi/, terlihat secara
langsung atau terbayang sebatang pohon yang tinggi. Namun, belum dipersoalkan
mengenai berapa tinggi pohon tersebut, dan pohon seperti apakah itu. Dalam hal
ini pembicara mengatakan apa adanya dan yang dimaksud juga apa adanya.
2.2 Makna
Idesional
Makna idesional adalah makna yang muncul sebagai
akibat penggunaan leksem yang mempunyai konsep (Pateda, 1986: 57).
Contohnya
2.3 Makna
Denotasi/ Denotatif
Makna denotatif adalah makna lugas, polos, apa
adanya, bersifat obyektif (Pateda, 1986: 55). Makna denotatif didasarkan atas
penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas
konvensi tertentu. Makna denotatif ini dapat disebut dengan makna sebenarnya,
bukan makna kiasan atau perumpamaan. Contohnya leksem /kursi/ mengandung makna
denotatif “sejenis perkakas yang digunakan sebagai tempat duduk”. Makna leksem
/kursi/ ini tidak diasosiasikan dengan hal-hal lain, atau bisa dikatakan leksem
/kursi/ memiliki makna kursi yang sebenarnya.
2.4 Makna
Afektif
Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat
reaksi pendengar atau pembaca terhadap
penggunaan bahasa (Pateda, 1986: 54). karena hal tersebut, makna afektif
juga berhubungan dengan gaya bahasa. Contohnya /singgahlah sebentar ke pondok
buruk kami/. Gabungan leksem pondok buruk kami mengandung makna efektif
merendahkan diri.
Dalam makna afektif terlihat reaksi yang berhubungan
dengan perasaan pendengar atau pembaca setelah mendengar atau membaca sesuatu.
Contohnya /anak yang baik hati itu meninggal kemarin/, dengan mendengar seseoarang
berkata demikian, pendengar akan merasa ikut berduka. Namun, jika seperti
contoh /kamu laki-laki keparat/ akan mendapat reaksi lain bagi pendengar,
karena leksem /keparat/ berhubungan dengan penghinaan. Jadi, makna afektif
berhubungan dengan perasaan yang timbul setelah mendengar atau membaca sesuatu.
2.5 Makna
Ekstensi
Makna ekstensi adalah makna yang mencakup semua
cirri obyek atau konsep (Kridalaksana dalam buku Pateda (1986: 56). Misalnya
leksem /ibu/ mengandung makna; (a) orang yang melahirkan anak, (b) perempuan,
(c) telah menikah. Setiap leksem dapat diuraikan komponen-komponennya. Semua
komponen yang membentuk pemahaman tentang leksem tersebut itulah yang dimaksud
dengan makna ekstensi.
2.6 Makna
Emotif
Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya
reaksi pembicara mengenai penilaian terhadap apa yang dipikirkan atau
dirasakan. Contohnya leksem /meninggal, mati, tewas, mampus/ memiliki makna
emotif yang berbeda. /Pak Kumis mampus tadi pagi/ berbeda dengan /Pak Kumis
meninggal pagi tadi/. Pendengarakan mengasosiasikan dengan sifat Pak Kumis
karena nilai rasa mampus dan meninggal tersebut berbeda.
2.7 Makna
Intensi
Makna intense adalah makna yang menekankan maksud
pembicara (Kridalaksana dalam Pateda, 1986: 58). Misalnya /pencuri itu lari/,
makna dalam kelompok leksem ini adalah seseorang yang disebut pencuri, dan
orang tersebut lari.
2.8 Makna
Kolokasi
Makna kolokasi menurut Pateda adalah makna yang
biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa leksem di dalam lingkungan yang
sama. Contohnya pada leksem /garam, gula, sayur, tomat, bawang/ atau sebagainya
berhubungan dengan lingkungan dapur.
2.9 Makna
Konstruksi
Menurut Pateda makna konstruksi adalah makna yang
terdapat dalam suatu konstruksi kebahasaan. Misalnya makna milik atau kepunyaan
dinyatakan dengan urutan leksem atau menggunakan akhiran punya. Contohnya
/rumah Boy/, /bukunya/, /tasku/, dan lain sebagainya.
2.10
Makna Luas
Makna luas menurut Pateda menunjukkan bahwa makna
yang terkandung pada sebuah leksem lebih luas daripada yang kita perkirakan. Contohnya
/sekolah kami menang dalam olimpiade/, maka yang dimaksud dengan /sekolah/
dalam kalimat tersebut bukan hanya mencakup pada gedungnya, namun juga
guru-guru, siswa, dan pegawai yang bersangkutan.
2.11
Makna Pusat
Makna pusat menurut Pateda adalah makna yang
dimiliki setiap leksem meskipun leksem tersebut tidak berada dalam konteksnya.
Contoh /tas itu kecil/, maka makna pusatnya terdapat pada leksem /tas/.
2.12
Makna Sempit
Menurut Pateda makna sempit adalah makna yang lebih
sempit dari keseluruhan ujaran. Misalnya pada leksem /ahli bahasa/, maka yang
dimaksud bukan semua ahli, tetapi seseorang yang mengahlikan dirinya dalam
bidang bahasa.
2.13
Makna Tematis
Makna tematis menurut Pateda adalah makna yang
dikomunikasikan oleh pembicara atau penilis,baik melalui urutan leksem-leksem,
fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan. Misalnya kalimat yang berbunyi
/Ali anak dokter Bagus meninggal kemarin/, belum jlas yang dimaksud. Jika /Ali
anak dokter Bagus, meninggal kemarin/, maka makna yang diinformasikan adalah
anak dokter Bagus yang bernama Ali, meninggal kemarin.jika /Ali! Anak dokter
Bagus, meninggal kemarin/, maka makna yang diinformasikan adalah anak dokter
Bagus (tidak diketahui namanya) meninggal kemarin, dan informasi tersebut
ditujukan kepada Ali.
3.
Penutup
Semua penjelasan pada pembahasan sebelumnya
menjelaskan beberapa jenis-jenis makna menurut Pateda, masih banyak lagi
beberapa jenis makna lain yang masih belum dijelaskan pada buku tersebut.
Daftar Pustaka
Pateda,
Mansoer. 1986. Semantik Leksikal.
Flores: Nusa Indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar