Sastra dan Bahasa

Sastra dan Bahasa

Rabu, 07 September 2016

Jenis Jenis Makna

JENIS-JENIS MAKNA
Asriko Basri, Cynthia Rala Buktie. Atikah Hidayati, Ica Aneka, Iza Ramadhani, Fadillah Ayurani Alfi, Neovita, dan Sonia
Abstrak
Makalah ini menjelaskan tentang jenis-jenis makna berdasarkan teori dari Mansoer Pateda dalam bukunya yang berjudul Semantik Leksikal. Pada buku Semantics karangan Palmer dalam buku Pateda (1986: 53) didapati beberapa jenis makna, yaitu makna kognitif, makna idesional, makna denotasi, makna denotasi/ denotatif, makna afektif, makna ekstensi, makna emotif, makna intensi, makna kolokasi, makna konstruksi, makna luas, makna pusat, makna sempit, dan makna tematis.

1.Pendahuluan
Menurut Hornby makna adalah apa yang kita artikan atau apa yang kita maksud. Pendapat lain yang menyimpulkan pengertian makna adalah Ogden dan Richards. Mereka menyimpulkan makna adalah suatu perbendaharaan yang intrinsik, hubungan dengan benda-benda yang lain yang unik, yang tak dapat dianalisis, dan lain sebagainya.
Persoalan makna tidak lantas berhenti pada apa pengertian makna saja. Namun, banyak hai lain yang juga termasuk pada kajian Semantik. Salah satunya, Makna dan jenis-jenisnyaa. Jenis makna dapat dibedakan menjadi 13 pembagian makna. Di antaranya, makna kognitif, makna idesional. Makna denotative, makna afektif, makna ekstentif, makna emotif, makna instensi, makna kolokasi, makna kontruksi, makna luas, makna pusat, makna sempit, dan makna tematis.
2.Pembahasan
Pendapat-pendapat menurut para ahli sangat banyak mengenai jenis-jenis makna. Pada buku Semantics karangan Palmer dalam buku Pateda (1986: 53) didapati beberapa jenis makna, yaitu makna kognitif, makna idesional, makna denotasi, dan makna preposisi. Masih banyak pendapat-pendapat mengenai jenis makna lain yang akan dijelaskan pada pembahasan di bawah ini.
2.1Makna Kognitif
Pateda (1986: 59) menjelaskan bahwa makna kognitif adalah makna yang ditunjukan oleh acuannya, makna unsur yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, obyek atau gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponen.
Contohnya /pohon itu tinggi/, terlihat secara langsung atau terbayang sebatang pohon yang tinggi. Namun, belum dipersoalkan mengenai berapa tinggi pohon tersebut, dan pohon seperti apakah itu. Dalam hal ini pembicara mengatakan apa adanya dan yang dimaksud juga apa adanya.

2.2Makna Idesional
Makna idesional adalah makna yang muncul sebagai akibat penggunaan leksem yang mempunyai konsep (Pateda, 1986: 57).
Contohnya Dalam Bahasa Indonesia terdapat kata demokrasi . konsep makna kata demokrasi adalah persamaan hak dan kewajiban seluruh rakyat. Makna ideasionalnya, yakni rakyat turut memerintah melalui wakil –wakil yang akan memimpin mereka. Rakyat berhak mengawasi jalannya pemerintahan, tetapi rakyat berkewajiban pula untuk bersama-sama menanggung biaya pembangunan yang mereka harapkan. Contoh lainnya adalah kata partisipasi mengandung kata idesional “ aktivitas maksimal seseorang yang ikut serta di dalam suatu kegiatan . dengan makna idesional yang terkandung di dalamnya kita dapat melihat paham yang terkandung di dalam makna suatu kata.

2.3 Makna Denotasi/ Denotatif
Makna denotatif adalah makna lugas, polos, apa adanya, bersifat obyektif (Pateda, 1986: 55). Makna denotatif didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu. Makna denotatif ini dapat disebut dengan makna sebenarnya, bukan makna kiasan atau perumpamaan. Contohnya leksem /kursi/ mengandung makna denotatif “sejenis perkakas yang digunakan sebagai tempat duduk”. Makna leksem /kursi/ ini tidak diasosiasikan dengan hal-hal lain, atau bisa dikatakan leksem /kursi/ memiliki makna kursi yang sebenarnya.
2.3Makna Afektif
Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap  penggunaan bahasa (Pateda, 1986: 54). karena hal tersebut, makna afektif juga berhubungan dengan gaya bahasa. Contohnya /singgahlah sebentar ke pondok buruk kami/. Gabungan leksem pondok buruk kami mengandung makna efektif merendahkan diri.
Dalam makna afektif terlihat reaksi yang berhubungan dengan perasaan pendengar atau pembaca setelah mendengar atau membaca sesuatu. Contohnya /anak yang baik hati itu meninggal kemarin/, dengan mendengar seseoarang berkata demikian, pendengar akan merasa ikut berduka. Namun, jika seperti contoh /kamu laki-laki keparat/ akan mendapat reaksi lain bagi pendengar, karena leksem /keparat/ berhubungan dengan penghinaan. Jadi, makna afektif berhubungan dengan perasaan yang timbul setelah mendengar atau membaca sesuatu.

2.4Makna Ekstensi
Makna ekstensi adalah makna yang mencakup semua cirri obyek atau konsep (Kridalaksana dalam buku Pateda (1986: 56). Misalnya leksem /ibu/ mengandung makna; (a) orang yang melahirkan anak, (b) perempuan, (c) telah menikah. Setiap leksem dapat diuraikan komponen-komponennya. Semua komponen yang membentuk pemahaman tentang leksem tersebut itulah yang dimaksud dengan makna ekstensi.

2.5Makna Emotif
Makna emotif adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara mengenai penilaian terhadap apa yang dipikirkan atau dirasakan. Contohnya leksem /meninggal, mati, tewas, mampus/ memiliki makna emotif yang berbeda. /Pak Kumis mampus tadi pagi/ berbeda dengan /Pak Kumis meninggal pagi tadi/. Pendengarakan mengasosiasikan dengan sifat Pak Kumis karena nilai rasa mampus dan meninggal tersebut berbeda.

2.6Makna Intensi
Makna intense adalah makna yang menekankan maksud pembicara (Kridalaksana dalam Pateda, 1986: 58). Misalnya /pencuri itu lari/, makna dalam kelompok leksem ini adalah seseorang yang disebut pencuri, dan orang tersebut lari.

2.7Makna Kolokasi
Makna kolokasi menurut Pateda adalah makna yang biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa leksem di dalam lingkungan yang sama. Contohnya pada leksem /garam, gula, sayur, tomat, bawang/ atau sebagainya berhubungan dengan lingkungan dapur.

2.8Makna Konstruksi
Menurut Pateda makna konstruksi adalah makna yang terdapat dalam suatu konstruksi kebahasaan. Misalnya makna milik atau kepunyaan dinyatakan dengan urutan leksem atau menggunakan akhiran punya. Contohnya /rumah Boy/, /bukunya/, /tasku/, dan lain sebagainya.

2.9Makna Luas
Makna luas menurut Pateda menunjukkan bahwa makna yang terkandung pada sebuah leksem lebih luas daripada yang kita perkirakan. Contohnya /sekolah kami menang dalam olimpiade/, maka yang dimaksud dengan /sekolah/ dalam kalimat tersebut bukan hanya mencakup pada gedungnya, namun juga guru-guru, siswa, dan pegawai yang bersangkutan.

2.10Makna Pusat
Makna pusat menurut Pateda adalah makna yang dimiliki setiap leksem meskipun leksem tersebut tidak berada dalam konteksnya. Contoh /tas itu kecil/, maka makna pusatnya terdapat pada leksem /tas/.

2.11Makna Sempit
Menurut Pateda makna sempit adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Misalnya pada leksem /ahli bahasa/, maka yang dimaksud bukan semua ahli, tetapi seseorang yang mengahlikan dirinya dalam bidang bahasa.

2.12Makna Tematis
Makna tematis menurut Pateda adalah makna yang dikomunikasikan oleh pembicara atau penilis,baik melalui urutan leksem-leksem, fokus pembicaraan, maupun penekanan pembicaraan. Misalnya kalimat yang berbunyi /Ali anak dokter Bagus meninggal kemarin/, belum jlas yang dimaksud. Jika /Ali anak dokter Bagus, meninggal kemarin/, maka makna yang diinformasikan adalah anak dokter Bagus yang bernama Ali, meninggal kemarin.jika /Ali! Anak dokter Bagus, meninggal kemarin/, maka makna yang diinformasikan adalah anak dokter Bagus (tidak diketahui namanya) meninggal kemarin, dan informasi tersebut ditujukan kepada Ali.

3.Penutup
Semua penjelasan pada pembahasan sebelumnya menjelaskan beberapa jenis-jenis makna menurut Pateda, masih banyak lagi beberapa jenis makna lain yang masih belum dijelaskan pada buku tersebut. Pada kajian semantik ini kita dapat mengetahui tentang hakikat makna, jenis-jenis makna kognitif, makna idesional, makna denotasi, makna denotasi/ denotatif, makna afektif, makna ekstensi, makna emotif, makna intensi, makna kolokasi, makna konstruksi, makna luas, makna pusat, makna sempit, dan makna tematis.

Daftar Pustaka
Pateda, Mansoer. 1986. Semantik Leksikal. Flores: Nusa Indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar