ABREVIASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Proses morfologis adalah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Dengan kata laian, proses morfologis adalah proses penggabungan morfem-morfem menjadi kata (Samsuri, 1982).
Secara teoritis, proses morfologis dibedakan menjadi dua macam, yitu proses morfologis menurut teoti konvensional dan proses morfologis menurut teori nonkonvensional. Menurut teori konvensional, proses morfologis itu bercirikan adanya perubahan bentuk (struktur), perubahan makna, dan (kadang-kadang) perubahan jenis(kategori). Sedangkan menurut teori nonkonvensional, proses morfologis itu bercirikan adanya perubahan bentuk, makna, kategori, dan status dasarnya( yaitu dari leksem berubah menjadi kata).
Menurut Harimurti Kridalaksana (1989), menyebutkan enam proses morfologis, yaitu:
1. derivasi zero
2. afiksasi
3. reduplikasi
4. abreviasi (pemendekan)
5. omposisi (perpaduan)
6. derivasi balik
B. Tujuan Penulisan Makalah
Dalam membuat makalah ini, penulis memiliki beberapa tujuan yang disesuaikan dengan kebutuhan penulis. Pada mulanya penulis hanya bertujuan membuat makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas dari dosen mata kuliah Morfologi. Akan tetapi, ketika penulis mulai menyususn dan mengumpulkan bahan untuk membuat makalah ini, akhirnya penulis menyadari bahwa tujuan penulisan makalah ini lebih diutamakan pada penambahan wawasan bagi penulis sendiri mengenai abreviasi sebagai salah satu proses morfologis.
BAB II
ABREVIASI
1. Pengertian Abreviasi
Menurut teori nonkonvensional, abreviasi merupakan salah satu proses morfologis. Abreviasi adalah proses pemenggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga terjadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain untuk abreviasi adalah pemendekan, sedangkan hasil prosesnya disebut kependekan.
Dalam proses ini, leksem atau gabungan leksem menjadi kata kompleks atau akronim atau singkatan dengan pelbagai abreviasi, yaitu dengan pemenggalan, kontraksi, akronimi, dan penyingkatan.
2. Jenis-jenis Kependekan
Bentuk-bentuk kependekan muncul akibat terdesak oleh kebutuhan untuk berbahasa secara praktis dan cepat. Di antara bentuk-bentuk kependekan tersebut terdapat bentuk-bentuk berikut:
a. Singkatan
Singkatan yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun yang tidak, misalnya: FSUI (Fakultas Sastra Universitas Indonesia ), KKN (Kuliah Kerja Nyata), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
b. Penggalan
Penggalan yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem, seperti Prof (Profesor), Kol (Kolonel), Pak (Bapak).
c. Akronim
Akronim yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik bahasa Indonesia seperti SIM (Surat Izin Mengemudi), IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan), LAN (Lembaga Administrasi Negara).
d. Kontraksi
Kontarksi yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem seperti takkan (tidak akan), rudal (peluru Kendal), sendratari (seni drama tari).
e. Lambang huruf
Lambang huruf yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur, seperti cm (centimeter), kg (kilo gram), Au (Aurum).
3. Klasifikasi Bentuk-bentuk Kependekan
a. Singkatan
Bentuk singkatan terjadi karena proses-proses berikut:
1. penggalan huruf pertama tiap komponen. Misalnya: H = Haji, AA = Asia-Afrika, RS = Rumah Sakit.
2. pengekalan huruf pertama dengan pelesapan konjungsi, preposisi, reduplikasi, dan artikulasi kata. Misalnya: IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
3. pengulangan huruf pertama dengan bilangan bila berulang. Misalnya 3D = Dilihat, Diraba, Diterawang.
4. pengekalan dua huruf pertama dari kata. Misalnya: Ny = nyonya, Wa = Wakil.
5. pengekalan tiga huruf pertama dari sebuah kata. Misalnya: Okt = Oktober.
6. pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata. Misalnya: sekr = sekretaris, Sept = September.
7. pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir kata. Misalnya: Ir = Insinyur.
8. pengekalan huruf pertama dan huruf ketiga. Misalnya: Gn = Gunung.
9. pengekalan huruf pertama dan terakhir dari suku kata pertama dan huruf pertama dari suku kata kedua. Misalnya: Kpt = Kapten.
10. pengekalan huruf pertama kata pertama dan huruf pertama kata kedua dari gabungan kata. Misalnya: VW = Volkswagen.
11. pengekalan dua huruf pertama dari kata pertama dan huruf pertama kata kedua dalam suatu gabungan kata. Misalnya Swt = Swatantra.
12. pengekalan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata kedua dari suatu kata. Misalnya: Bdg = Bandung , tgl = tanggal.
13. pengekalan huruf pertama dari tiap suku kata. Misalnya: hlm = halaman.
14. pengekalan huruf pertama dan huruf keempat dari suatu kata. Misalnya:DO = depot.
15. pengekalan huruf yang tidak beraturan. Misalnya: Kam = keamanan.
b. Akronim dan Kontraksi
Akronim dan kontraksi sukar dibedakan, sering tumpang tindih. Sebagai pegangan dapat ditentukan bahwa bila seluruh kependekan itu dilafalkan sebagai kata wajar, kependekan itu merupakan akronim.
Akronim dapat terjadi karena proses-proses berikut:
1. akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI=Angkatan Bersenjata Rpublik Indonesia .
2. akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya: Akabri= Akademi angkatan bersenjata Republik Indonesia .
3. akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu= pemilihan umum.
Catatan:
Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia . Dan akronim dibentuk dengan mngindahkan keserasian kombinasi vocal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
Secara garis besar, kontraksi mempunyai subklasifikasi sebagai berikut:
1. pengekalan suku pertama dari tiap komponen. Misalnya: Orba=orde baru.
2. pengekalan suku pertama komponen pertama dan pengekalan kata seutuhnya. Misalnya: angair=angkutan air.
3. pengekalan suku kata terakhir dari tiap komponen. Misalnya: Gatrik=tenaga listrik.
4. pengekalan suku pertama dari komponen pertama dan kedua serta huruf pertama dari komponen selanjutnya. Misalnya: Gapeni= Gabungan Pengusaha Apotek Nasional Indonesia .
5. pengekalan suku pertama tiap komponen dengan pelesapan konjungsi. Misalnya: Anpuda= Andalan Pusat dan Daerah.
6. pengekalan huruf pertama tiap komponen. Misalnya: KONI=Komite Olahraga Nasional Indonesia (bertumpang tindih dengan singkatan).
7. pengekalan huruf pertama tiap komponen frasa dan pengekalan dua huruf pertama komponen terakhir. Misalnya: Aika= Arsitek Insinyur Karya.
8. Pengekalan dua huruf pertama tiap komponen.Misalnya: Unud= Universitas Udayana.
9. pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen. Misalnya: Puslat=Pusat latihan.
10. pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua disertai pelesapan konjungsi. Misalnya: abnon=abang dan none.
11. pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua. Misalnya: Nekolim= Neokolonialisme, Kolonialisme, imperialis.
12. pengekalan huruf pertama komponen pertama dan ketiga serta pengekalan huruf pertama komponen kedua. Misalnya: Nasakom=Nasional, Agama, Komunis.
13. pengekalan tiga huruf pertama tiap komponen serta pelesapan konjungsi. Misalnya: Falsos=falsafah dan sosial.
14. pengekalan dua huruf pertama komponen pertama dan tiga huruf pertama komponen kedua. Misalnya: Jabar=Jawa Barat.
15. pengekalan empat huruf pertama tiap komponen disertai pelesapan konjungsi. Misalnya: Agitrop= agitasi dan propaganda.
16. pengekalan berbagai huruf dan suku kata yang sukar dirumuskan. Misalnya: Akaba= Akademi Perbankan.
c. Penggalan
1. penggalan suku pertama dari suatu kata. Misalnya: Dok= Dokter.
2. pengekalan suku terakhir suatu kata. Misalnya: Pak=bapak.
3. pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata. Misalnya: Dep= Departemen.
4. pengekalan empat huruf pertama dari suatu kata. Misalnya: Prof= Profesor.
5. pengekalan kata terakhir dari suatu frasa. Misalnya: ekspres=kereta api ekspres.
6. pelesapan sebagian kata. Misalnya: bahwa sesungguhnya = bahwasanya.
d. Lambang huruf
lambang huruf dapat diklasifikasikan menjadi:
1. lambang huruf yang menandai bahan kimia atau bahan lain.
a. Pengekalan huruf pertama dari kata. Misalnya: N= Nitrogen.
b. Pengekalan dua huruf pertama dari kata. Misalnya: Na=natrium.
c. Pengekalan huruf dan bilangan yang menyatakan rumus bahan kimia. Misalnya: H2O = hydrogen dioksida.
d. Pengekalan huruf pertama dan ketiga. Misalnya: Mg = magnesium.
e. Pengekalan gabungan lambang huruf. Misalnya: Na Cl = Natrium Klorida.
2. lambang huruf yang menandai ukuran.
a. Pengekalan huruf pertama. Misalnya: g = gram.
b. Pengekalan huruf pertama dari komponen gabungan. Misalnya: km = kilometer.
c. Pengekalan huruf pertama dan terakhir dari komponen pertama dan huruf pertama komponen kedua. Misalnya: dam= decameter.
d. Pengekalan huruf pertama, ketiga, dan keempat. Msalnya: yrd= yard.
3. lambang huruf yang menyatakan bilangan.
Huruf-huruf yang digunakan sebagai lambang bilangan adalah I=1, V=5,X=10, L=50.
4. lambang huruf yang menandai kota/Negara/alat angkutan.
a. Pengekalan dua huruf pertama ditambah satu huruf pembeda. Misalnya: SIN= Singapura, DJB=Jambi.
b. Pengekalan tiga huruf konsonan. Misalnya: JKT= Jakarta .
c. Lambang huruf yang menandai nomor mobil. Misalnya: A= Banten, E = Cirebon .
5. lambang huruf yang menyatakan uang.
Lambang huruf yang digunakan untuk menandai uang, antara lain: Rp = rupiah, $= Dolar, Fr= Frenc.
6. lambang huruf yang dipakai dalam berita kawat.
Lambang huruf yang dipergunakan dalam berita kawat, antara lain: HRP= harap, DTG= datang, SGR= Segera.
4. Afiksasi terhadap Kependekan
Setelah mengalami leksikalisasi, kependekan dapat mengalami gramatikalisasi berupa proses afiksasi. Contoh:
Afiks:
|
Bentuk kependekan:
|
Hasil:
|
Makna:
|
di-
|
tilang
|
ditilang
|
kena
|
di-kan
|
dubes
|
didubeskan
|
jadi
|
inpres
|
diinpreskan
| ||
KB
|
di-KB-kan
| ||
mahmilub
|
dimahmilubkan
| ||
TV
|
di-TV-kan
| ||
me-kan
|
ormas
|
mengormaskan
| |
mahmilub
|
memahmilubkan
| ||
ber-
|
parpol
|
berparpol
|
mempunyai
|
5. Reduplikasi atas Kependekan
Beberapa bentuk kependekan dapat direduplikasikan, seperti ormas-ormas, SD-SD, Kanwil-Kanwil.
6. Penggabungan atas Kependekan
Penggabungan bentuk-bentuk kependekan dapat terjadi antara dua bentuk kependekan atau lebih. Penggabungan beberapa kependekan tidak hanya membentuk kata atau frasa, melainkan juga dapat membentuk kalimat. Misalnya:
· Singkatan + singkatan : RT RW
· Akronim + singkatan : HUT RI
· Penggalan + penggalan : Kabag Kalab
· Akronim + akronim : BAPEDA JABAR
· Singkatan + penggalan + akronim = Ttg. RUU Ormas (kalimat)
7. Pelesapan atas kependekan
a. Pelesapan huruf: Lurgi = luar negeri, klompen = kelompok pendengar.
b. Pelesapan suku kata: Gatra = Gabungan Tentara, Gestok = gerakan satu oktober.
c. Pelesapan kata: Gabis = Gabungan pengusaha bioskop.
d. Pelesapan afiks: KOTI = Komando operasi tertinggi.
e. Pelesapan konjungsi, preposisi, partikel, atau reduplikasi: porakh = pecan olahraga Kesenian dan Hiburan, DGI = Dewan gereja-geraja di Indonesia.
8. Penyingkiran atas Kependekan
Proses penyingkatan dapat terjadi dalam kependekan sehingga ada penyingkatan dalam singkatan. Misalnya: AMD = ABRI masuk desa.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Abreviasi adalah salah satu proses morfologis menurut teori nonkonvensional. Dalam proses ini leksem atau gabungan leksem menjadi kata kompleks atau akronim atau singkatan dengan pelbagai abreviasi, yaitu dengan pemenggalan kontraksi, akronimi, dan penyingkatan. Misalnya, abreviasi professor menjadi prof, bapak menjadi pak. Pemenggalan: peluru kendali menjadi rudal. Kontraksi: tidak akan menjadi takkan. Akronim: Angkatan Bersenjata Republik Indonesia menjadi ABRI. Singkatan: Tentara Nasional Insonesia menjadi TNI.
2. Kritik dan Saran
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang telah mempelajari makalah ini, agar kelak di kemudian hari penulis dapat lebih baik lagi dan kesalahan-kesalahan dalam penulisan makalah insya Alloh tidak akan terulang lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Bandung : Yrama Widya.
Kridalaksana, Harimukti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gramedia.
Maryam, Siti. 2006. Diktat: Morfologi Bahasa Indonesia . Cianjur: FKIP Universitas Suryakancana.
Prawirasumantri, Abud. 2006. Morfologi Bahasa Indonesia. Cianjur: FKIP Universitas Suryakancana.
Samsuri. 1982. Analisis Bahasa: Memahami Bahasa secara Ilmiah. Jakarta : Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar